Jakarta – Saleh Mude menegaskan bahwa holocaust yang dilakukan Hitler terhadap bangsa Yahudi merupakan bentuk genosida. Hal ini disampaikannya dalam diskusi yang diselenggarakan oleh Dialektika Institute pada Minggu (27/03/2022) yang bertajuk “Melawan Lupa: Tragedi Holocaust dan Implikasinya bagi Pendirian Negara Israel dan Pendudukan Palestina.”
Dalam mengawali pembicaraannya, Muhammad Saleh Mude menyebutkan bahwa kata holocaust kemungkinan berasal dari dua bahasa; pertama, bahasa Ibrani yang berarti pembunuhan dan; kedua, bahasa Yunani yang berarti pembakaran. Namun dalam perkembangan selanjutnya, kata holocaust selalu diidentikkan dengan peristiwa persekusi dan pembantaian terhadap kaum Yahudi Eropa selama Perang Dunia II oleh kaum Nazi Jerman yang dipimpin oleh Adolf Hitler. Kejadian ini memakan korban hingga kira-kira 6 juta orang.
Mude melihat bahwa ada beberapa alasan mengapa Adolf Hitler melakukan genosida terhadap 6 juta orang Yahudi. Pertama, pengalaman pahit Hitler di masa kecilnya, yakni ingatan tentang bagaimana ibunya ketika gadis diganggu oleh orang Yahudi. Kedua, Hitler terbentuk karakternya yang ambisius karena berangkat dari tontonannya, yakni opera yang membius dan membentuk wataknya menjadi ambisius. Ketiga, Hitler sangat mempercayai teori Darwin, terutama teori yang menyatakan bahwa makhluk hidup terkuat itulah yang akan tetap survive menghadapi berbagai ancaman. Keempat, Hitler sebelum bergabung dengan Nazi terlibat aktif dalam gerakan pemberontakan Bavarians. Kelima, Geli Raubal yang merupakan keponakan Hitler hamil oleh orang Yahudi.
Beberapa factor inilah yang menurut Mude dianggap sebagai factor utama yang mendorong Hitler melakukan holocaust terhadap orang-orang Yahudi. Namun, Mude juga dalam hal ini mengetengahkan pandangan menarik dari Bergen yang melihat ada tiga asumsi dasar terkait peranan Hitler dalam holocaust; pertama, Hitler dianggap sebagai tokoh yang mendorong holocaust; kedua, Hitler dianggap dalang di balik peristiwa Holocaust; ketiga Hitler dianggap sebagai diktator lemah sehingga holocaust bukan sesuatu yang direncanakannya namun direncanakan dan dieksekusi oleh selainnya di kalangan Nazi.
Genosida yang dilakukan oleh Nazi terhadap bangsa Yahudi lalu dikaitkan kembali oleh Mude dengan pendirian negara Israel pada tahun 1948, tiga tahun setelah terjadinya holocaust. “Di sini terlihat begitu hebatnya bangsa Yahudi yang dengan cepatnya bangkit dari keterpurukan meski tentu semua ini berkat bantuan dari Inggris dan negara-negara lainnya,” papar Mude.
Mude juga menegaskan bahwa hikmah yang bisa diambil dari peristiwa holocaust ini ialah soal penghargaan terhadap kemanusiaan yang mesti dijunjung tinggi.