Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif, dalam sebuah kesempatan mengungkapkan BBM subsidi jenis pertalite bisa diturunkan harganya dalam situasi dan kondisi tertentu.
“Nanti kami lihat, kalau harga minyak membaik ya InsyaAllah turun,” kata Menteri ESDM Arifin Tasrif kepada wartawan di Hotel Ayana MidPlaza, Jumat (09/09/2022).
Sebagaimana diketahui bahwa pemerintah telah menaikkan harga Pertalite dari Rp 7.650 menjadi Rp 10 ribu per liter mulai 3 September, bersama kenaikan harga Solar dan Pertamax.
Untuk itu, Arifin mengajak masyarakat menghemat konsumsi BBM. Dalam hitungan pemerintah sebelumnya, kuota Pertalite dan Solar di Indonesia berpotensi hanya cukup sampai Oktober 2022.
“Bagaimana caranya, agar yang biasanya keluar bensin 3 liter bisa tidak hanya 2 liter saja. Ini juga untuk mengurangi udara berpolusi yang kita hirup,” kata Arifin.
Harga minyak dunia dalam beberapa hari terakhir ini bergerak menurun. Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak mentah WTI kontrak Oktober turun 1,75% menjadi US$ 85 per barel, harga Brent kontrak November turun 1,86% menjadi US$ 90,8 per barel.
Keputusan pemerintah menaikkan harga BBM diklaim dapat mengurangi konsumsi masyarakat terhadap bahan bakar bersubsidi jenis Pertalite dan Solar.
Pemerintah sebelumnya memperkirakan konsumsi Pertalite dapat membengkak 6 juta kilo liter dari alokasi saat ini 23 juta kilo liter. Konsumsi Solar juga berpotensi membengkak 2 juta kilo liter dari alokasi 15,1 juta kilo liter.
Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut konsumsinya akan tetap melampaui kuota tahun ini sehingga berimplikasi terhadap anggaran subsidi yang membengkak.
“Kenaikan harga BBM mungkin akan sedikit menurunkan volume sehingga tidak akan mencapai 29 juta kilo liter. Namun, ini sudah pasti akan melewati 23 juta dan kemungkinan bisa mencapai 25 atau 26 juta kilo liter,” ujarnya dalam interview dengan Kompa TV, Rabu (7/9).